Manga (漫画) memiliki arti kata komik dalam bahasa Jepang; di luar Jepang, kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang. Mangaka (漫画家) adalah orang yang menggambar atau menulis manga.
Berikut ini Pembagian Manga berdasarkan Genrenya:


Genre
Berikut adalah genre-genre yang ada di manga. Selain itu, banyak dari jenis-jenis berikut juga berlaku untuk anime dan permainan komputer Jepang.
·         Aksi [ akushon アクション ]: Bercerita tentang pertempuran, perkelahian, atau kekerasan

Gambar 1. WeiB Side B Manga (Action)


·         Fantasi [ fantajī ファンタジー] : Bercerita tentang benda-benda aneh atau memiliki kekuatan di luar logika, dunia yang tidak terlihat atau lain

Gambar 2. Magical Lollipop Manga (Fantasy)


·         Historis [ hisutorikaru ヒストリカル ] : Bercerita tentang sejarah seseorang, benda, ataupun suatu tempat
Gambar 3. Legend of Wind Manga (Historical)


·         Seni bela diri [ budō 武道 ]: Bercerita tentang berbagai seni bela diri

Gambar 4. Kungfu Boy Manga (Martial Arts)


·         Misteri [ Nazo ] : Bercerita tentang sebuah misteri

Gambar 5. Tantei Gishiki Manga (Mystery)


·         Roman/Percintaan [ Romansu ロマンス ] : Bercerita tentang percintaan

Gambar 6. SHUFFLE REALLY? REALLY! : REMEMBER MEMORIES Manga (Romance)


·         Olahraga [ supōtsu スポーツ ] : Bercerita tentang berbagai olahraga


Gambar 7. Shoot Manga (Sport)


·         Supernatural [ chō shizen 超自然 ] : Orang-orang yang berada dalam manga tersebut memiliki kekuatan di luar logika

Gambar 8. SOUSEI NO AQUARION : MIRAI SHINWA Manga (Supernatural)


Genre Berdasarkan jenis pembaca
·         Manga yang khusus ditujukan untuk anak-anak disebut kodomo (子供) — untuk anak-anak.

Gambar 9. Doraemon Manga (Kodomo Manga)


·         Manga yang khusus ditujukan untuk (Wanita) dewasa disebut josei (女性) (atau redikomi) — wanita.

Gambar 10. NOUNAI POISON BERRY Manga (Josei Manga)


·         Manga yang khusus ditujukan untuk dewasa disebut seinen (青年) — pria.

Gambar 11. THE IDOLM@STER 2 : COLORFUL DAYS Manga (Seinen Manga)

·         Manga yang khusus ditujukan untuk perempuan disebut shōjo (少女) — remaja perempuan.

Gambar 12. DANGAN HONEY Manga (Shōjo Manga)


·         Manga yang khusus ditujukan untuk laki-laki disebut shōnen (少年) — remaja lelaki.

Gambar 13. TOMORROWS Manga (Shōnen Manga)


Banyak dari jenis-jenis ini juga berlaku untuk anime dan permainan komputer Jepang.
Dua penerbit manga terbesar di Jepang adalah Shogakukan (小学館) dan Shueisha (集英社).

Gambar 14. Shogakukan


Gambar 15. Shueisha



Kategori manga pornografis
Biasanya disebut "hentai" (変態) dalam bahasa Inggris, meskipun istilah ecchi () lebih sering dipakai. Ecchi sendiri sebenarnya merupakan cara penyebutan orang Jepang untuk huruf "H" dari kata 'hentai'.
·         Softcore
·         lolicon (perempuan muda)
·         shota-con (laki-laki muda)
·         yaoi (gay)
·         yuri (lesbian)

·         Hardcore
·         ero-guro (erotic-grotesque)
·         futanari (hermafrodit)
·         kemono (hewan setengah manusia)

Perlu diketahui bahwa dalam masakan Jepang, terdapat beberapa jenis bahan / unsur yang digunakan, yaitu:


Yama no Sachi (Berkah gunung)

- Bentuk pertanian
- Akar dan daun liar yang dapat dimakan

Umi no Sachi

-Hasil tambak, kelautan
-Tumbuhan Air


Gambar 1. Yama no Sachi

Gambar 2. Umi no Sachi


Di sini saya akan membahas tentang sushi sebagai salah satu makanan Jepang yang terkenal.


Sushi (寿司) adalah hidangan yang paling terkenal di luar Jepang, dan salah satu hidangan yang paling populer di kalangan orang Jepang sendiri. Di Jepang, sushi biasanya dinikmati pada acara-acara khusus, seperti pada perayaan.

Sushi merupakan makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan lautdagingsayuran mentah atau sudah dimasak.

Selama periode Edo, "sushi" dirujuk ke acar ikan yang diawetkan dalam cuka. Saat ini sushi dapat didefinisikan sebagai hidangan berisi beras yang telah disiapkan dengan cuka sushi. Ada berbagai jenis sushi. Beberapa yang populer adalah:



Nigirizushi

Nasi kecil dengan ikan, kerang, dan lain-lain di atasnya. Ada varietas tak terhitung dari nigirizushi, beberapa yang paling umum adalah tuna, udang, belut, cumi-cumi, gurita dan telur goreng.
Pada mulanya, edozushi adalah sebutan untuk sushi yang menggunakan hasil laut Teluk Tokyo, tapi sekarang sering digunakan untuk menyebut nigirizushi. Di Hokkaido yang terkenal dengan hasil laut, istilah namazushi (生寿司, sushi mentah) dipakai untuk sushi dengan neta mentah. Istilah ini dipakai untuk membedakannya dari sushi asal daerah lain yang sering merebus lebih dulu neta seperti udang yang mudah kehilangan kesegarannya.



Gambar 3. Nigirizushi


 Makizushi

Sushi berupa gulungan nasi berisi potongan mentimun, tamagoyaki dan neta lain yang dibungkus lembaran nori. Nasi digulung dengan bantuan sudare (anyaman bambu bentuk persegi panjang).
Makizushi dibagi menjadi:
·         Hosomaki: gulungan berdiameter minimum 3 cm hanya berisi satu jenis neta (misalnya mentimun atau tuna).

Gambar 4. Hosomaki

Gambar 5. Menggulung Menggunakan Sudare / Makisu


·         Futomaki: gulungan berdiameter di atas 5 cm berisi berbagai macam neta.

Gambar 6. Futomaki


·         Temakizushi: nasi digulung sendiri dengan nori sebelum dimakan, neta juga dipilih sendiri dari piring.

Gambar 7. Temakizushi


Di daerah Kansai terdapat tradisi ehomaki untuk mengundang keberuntungan pada Hari Ekuinoks Musim Semi. Satu gulung utuh Futomakizushi harus dimakan sambil menghadap ke arah mata angin keberuntungan. Ketika memakannya, orang juga dilarang mengeluarkan suara atau berbicara. Tradisi ini mulanya dipopulerkan oleh asosiasi pedagang sushi pada tahun 1970-an.

Gambar 8. Ehomaki


Chirashizushi

Nasi sushi dimakan bersama neta berupa makanan laut dan sayur-sayuran yang dipotong kecil-kecil. Nasi sushi tidak dibentuk melainkan diisikan ke dalam wadah dari kayu, piring atau mangkuk. Hal ini dapat menyerupai domburi dengan perbedaan adalah bahwa chirashizushi menggunakan nasi sushi sementara domburi menggunakan nasi yang tidak diberi bumbu. Chirashizushi merupakan salah satu masakan rumah yang populer di Jepang untuk memperingati hari-hari istimewa seperti ulang tahun anak-anak dan perayaan Hina Matsuri.
Di daerah-daerah lain di Jepang, chirashizuhi mempunyai banyak nama lain seperti suzushi di Prefektur Kagoshima, matsurizushi di Prefektur Okayama, tekonezushi (di Prefektur Mie), bahkan ada daerah-daerah tertentu yang menghias chirashizushi dengan buah-buahan seperti potongan apeljeruk, dan ceri.

Gambar 9. Chirashizushi

Gambar 10. Chirashizushi

Gambar 11. Chirashizushi dengan Buah Jeruk


Oshizushi

Nasi disusun bersama neta yang dipres untuk sementara waktu dengan maksud memadatkan nasi agar sushi yang dihasilkan berbentuk persegi panjang yang lalu dipotong-potong agar mudah dinikmati. Oshizushi ada juga yang dibungkus daun bambu lalu dipres untuk sementara waktu, antara beberapa jam sampai satu malam. Nama-nama oshizushi yang populer antara lain:
·         Sabazushi berisi ikan kembung yang mempunyai beberapa nama lain seperti battera di Prefektur Osaka atau bozushi di Kyoto
·         Masuzushi di Prefektur Toyama
·         Oshizushi ikan Funa dari Prefektur Mie
·         Sanmazushi dan Gozaemonzushi dari Prefektur Tottori
·         Iwakunizushi dari Prefektur Yamaguchi


Gambar 12. Salmon Oshizushi


Gambar 13. Box untuk Membuat Oshizushi


Narezushi

Sushi zaman kuno adalah ikan yang dilumuri garam dan nasi, lalu dibiarkan hingga terfermentasi. Funazushi dari Prefektur Shiga dan hatahatazushi dariPrefektur Akita adalah dua contoh sushi asal zaman kuno. Ada pula narezushi yang ditambah ragi untuk membantu proses fermentasi, contohnya kaburazushi dari Prefektur Ishikawa dan Izushi dari Hokkaido.
Kaburazushi adalah jenis sushi yang tidak dibentuk bersama nasi. Sushi dibuat dengan menjepit irisan ikan mentah di antara dua lembar irisan lobak kabura. Setelah itu, sushi disusun di dalam tong kayu berisi campuran nasi tanak bercampur ragi. Lama fermentasi selama beberapa hari. Kaburazushi dimakan dengan tidak mencuci nasi hasil fermentasi yang menempel.

Gambar 14. Funazushi


Inarizushi

Nasi sushi dibungkus aburage yang sebelumnya sudah dimasak bersama kecap asin dan gula. Inarizushi adalah tipe sushi yang sederhana dan murah karena tidak berisi ikan atau lauk lain karena aburage sudah merupakan sumber protein. Inarizushi berasal dari kuil Toyokawa Inari di kota Toyokawa, Prefektur Aichi.

Gambar 15. Inarizushi


Sekilas Perlu Diketahui:

Sushi daerah Kansai
Sushi di daerah Kansai umumnya lebih mementingkan perpaduan rasa antara nasi dan lauk daripada kesegaran ikan. Pedagang sushi membuatnya agar rasa tidak mudah berubah kalau dibeli untuk dibawa pulang. Di antara sushi, yang merupakan khas Osaka adalah hakozushi (oshizushi), barazushi (gomokuzushi) dan berbagai macam makizushi, dan battera (sushi ikan kembung).

Sushi bungkus daun
Sushi ikan kembung yang dibungkus daun pohon persimon dari Prefektur Nara dan Wakayama adalah jenis sushi tahan lama.






Wafuku (和服) adalah pakaian tradisional Jepang. Berbagai pakaian etnis tradisional Jepang masih digunakan, terutama dipakai untuk upacara dan acara-acara khusus seperti pernikahan, pemakaman, upacara seijin shiki (coming-of-age ceremonies), dan festival.

Wafuku yang ada di Jepang:

1. Kimono (着物)

Kimono adalah pakaian tradisional Jepang yang terdiri dari kanji "ki" (着) yang berarti pakai, dan "mono" (物) berarti barang. Kimono Jepang kadang-kadang terdiri atas beberapa lapisan, dan dikencangkan oleh ikat pinggang dengan obi lebar untuk melengkapinya. Kimono modern tidak dipakai sesering dulu. Kebanyakan wanita sekarang memakai pakaian gaya barat (洋服 - yōfuku)dan hanya memakai kimono keluar untuk acara-acara khusus.


Gambar 1 & 2. Kimono (Wanita & Pria)


Gambar 3. Kimono (Pasangan)

Gambar 4. Detail Kain Kimono

Gambar 5 & 6. Kimono Anak

Gambar 7 & 8. Kimono Pernikahan

Gambar 9. Kimono Pernikahan (Pasangan)

Di Jepang, kimono dianggap sebagai kostum feminine dan pakaian tradisional. Ada 6 jenis kimono yang biasa digunakan wanita, yaitu:

A. Furisode (振り袖)

Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau hatsumode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode.


Gambar 10. Furisode Kimono

B. Hōmongi (訪問着)

Hōmon-gi (arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.



Gambar 11. Hōmongi Kimono


C. Yukata (浴衣)

Yukata adalah kimono santai yang dibuat dari kain katun tipis tanpa pelapis untuk kesempatan santai di musim panas.


Gambar 12. Yukata


D.Kurotomesode (黒留袖)

Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas (kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode adalah motif indah pada suso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang. Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang sangat resmi.


Gambar 13. Kurotomesode Kimono


E. Irotomesode (色留袖)

Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.


Gambar 14. Irotomesode Kimono


F. Iromuji

Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.


Gambar 15. Iromuji Kimono


G. Tsukesage

Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.


Gambar 16. Tsukesage Kimono


H. Komon

Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.


Gambar 17. Komon Kimono


I. Tsumugi

Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.


Gambar 18. Tsumugi Kimono


Kimono-kimono tersebut digunakan tergantung pada status perkawinan dan jenis acara yang akan dihadirinya. Pakaian Jepang, khususnya kimono biasa pemakaiannya disesuaikan dengan musim.
Pakaian dengan warna dan pola yang lebih kasar (seperti daun kemerahan) disukai di musim gugur, sedangkan di musim semi warna yang lebih hidup dan desain bunga (seperti bunga sakura) yang umum. Di musim dingin, mereka berpakaian kimono cenderung memakai warna gelap dan beberapa lapisan (kadang-kadang sebanyak sepuluh).



2. Yukata (浴衣)

Seperti yang telah dijelaskan diatas, yukata adalah pakaian Jepang, kimono musim panas kasual biasanya terbuat dari katun atau kain sintetis, dan bergaris. Yukata dikenakan oleh pria maupun wanita. Seperti bentuk-bentuk lain dari pakaian tradisional Jepang, yukata dibuat dengan jahitan lurus dan lengan lebar.

Yukata standar terdiri dari pakaian dalam katun (juban), yukata, obi, kaki telanjang, sandal (geta), kipas tangan dilipat atau tetap, dan membawa tas (kinchaku).
Kinchaku digunakan oleh pria dan wanita untuk membawa ponsel, kacamata, dompet dan jaringan. Untuk pria, sebuah topi opsional atau derby juga dapat dipakai untuk melindungi kepala dari sinar matahari.
Yukata secara harfiah berarti pakaian mandi, meskipun penggunaannya tidak terbatas pada pakaian setelah mandi. Yukata adalah pemandangan umum di Jepang selama bulan-bulan musim panas (mulai bulan Juli).

Yukata Pria dibedakan oleh lengan pendek perpanjangan sekitar 10cm dari jahitan ketiak, dibandingkan dengan ekstensi lengan panjang 20cm yukata perempuan.



Gambar 19 & 20. Yukata Wanita

Gambar 21. Yukata Pria


Gambar 22. Depan dan Belakang Yukata Pria


Gambar 23. Aksesoris Wanita

Gambar 24. Geta




3. Hakama (袴)

Hakama adalah jenis pakaian tradisional Jepang. Mereka awalnya hanya dikenakan oleh laki-laki, tapi kini mereka dikenakan oleh kedua jenis kelamin. Hakama terikat di pinggang dan jatuh kira-kira hingga pergelangan kaki. Hakama dikenakan di atas kimono (hakamashita).

Gambar 25. Hakama Tampilan Depan

Hakama Pria

Hakama digunakan untuk menjadi bagian yang diharuskan dari pakaian pria, khas pria Jepang saat ini biasanya memakai hakama hanya pada kesempatan sangat formal dan pada upacara minum teh, pernikahan, dan pemakaman. Hakama juga secara teratur dipakai oleh praktisi dari berbagai seni bela diri, seperti kendo, iaido, Taido, aikido, ryu-te, dan pegulat kyudo. Sumo, yang tidak memakai hakama dalam konteks olahraga mereka, bagaimanapun juga diharuskan memakai pakaian tradisional Jepang setiap kali mereka tampil di depan umum.
Hakama juga merupakan bagian dari pakaian setiap hari pendeta kannushi Shinto yang memelihara dan melakukan pelayanan di kuil.




Gambar 26. Hakama pada Pria

Hakama Wanita

Sementara hakama pria bisa dikenakan pada acara-acara formal maupun informal, kecuali sebagai bagian dari seni bela diri, perempuan jarang mengenakan hakama kecuali pada upacara wisuda dan untuk olahraga tradisional Jepang seperti kyudo, beberapa cabang aikido dan kendo. Hanya sangat jarang yang hakama dikenakan oleh wanita di upacara minum teh. Citra perempuan dalam kimono dan hakama secara budaya terkait dengan guru sekolah. Sama seperti profesor universitas di negara-negara Barat mengenakan topi akademik dan gaun ketika siswa mereka lulus, banyak guru sekolah perempuan di Jepang menghadiri upacara wisuda tahunan menggunakan kimono tradisional dengan hakama.



Gambar 27. Hakama di Hari Kelulusan